Senin, 13 Februari 2012

nasi gandul ( ega 9d )

Nasi gandul

Nasi gandul yaitu makanan sejenis nasi pindang hanya saja dalam penyajianya dipakai daun pisang untuk alasnya. Nasi gandul adalah makanan khas Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Nasi gandul bisa disajikan dengan lauk pauk yang berbeda. Bisa bergedel, tempe, lidah sapi, usus sapi, daging sapi, paru sapi, hati sapi, dll, kemudian diberi tambahan bumbu kecap manis-pedas. Kadar yang cukup tinggi dari lemak yang ada di "jeroan" atau "bagian dalam perut sapi" memberikan rasa yang lezat namun berkolesterol tinggi.

Sejarah Banten ( edi 9d )

Sejarah

Lukisan François Valentijn tahun 1694
Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di kampung lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibukota atau pakuan (berasal dar kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda.
Litografi berdasarkan lukisan oleh Abraham Salm dengan pemandangan di Banten (1865-1872)
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Rabu, 08 Februari 2012

Anjungan Jawa Tengah ( karisma echa 9d )

Anjungan Jawa Tengah


TMII Central Java Pavilion 1.JPG
Anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah
Anjungan Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Anjungan Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Anjungan ini menampilkan tujuh bangunan tradisional, yakni Pendopo Agung sebagai bangunan utama, pringgitan, tajuk mangkurat, Sasono Suko, joglo pengrawit apitan, dara gepak, dan panggung terbuka Ojo Dumeh. Selain itu, di dalam anjungan ini ditampilkan juga bangunan miniatur Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Mendut.
Pendopo Agung merupakan bangunan tanpa dinding beratap joglo, tiruan pendhapa Pura Mangkunegaran, Surakarta, ditopang empat saka guru berukir, dengan dua patahan atap: penanggap yang ditopang 12 saka goco dan penitih yang ditopang 12 saka rawa. Sesuai fungsi aslinya pendhapa digunakan untuk pertemuan resmi serta menggelar seni dan upacara adat. Pringgitan bersambung di belakang pendhapa, beratap limas, digunakan untuk memamerkan koleksi pakaian adat.
Gedung serbaguna joglo pangrawit apitan merupakan bangunan dengan empat saka guru, digunakan sebagai tempat gamelan jika ada pergelaran di panggung terbuka, tempat rias para penari atau artis yang akan pentas di panggung terbuka, untuk menyimpan barang-barang peralatan, serta untuk peragaan pembuatan wayang kulit, batik, dan objek wisata di Jawa Tengah.
Di sebelah kanan depan Pendopo Agung terdapat bangunan tajuk mangkurat dengan empat saka guru. Bangunan model ini dinamai tajuk mangkurat karena saka guru-nya menggunakan lambang sari yang berarti hubungan mesra dan serasi antara pria dan wanita sebagai landasan yang kokoh untuk keharmonisan hidup berkeluarga. Konon pencipta bentuk dan gaya bangunan ini adalah Sultan Agung. Bangunan ini dipergunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi perkantoran, perpustakaan, tempat menyimpan koleksi barang-barang antik, serta hasil kerajinan.
Di belakang kanan Pendopo Agung berdiri bangunan rumah pedesaan, disebut dara gepak, berbentuk menyerupai rumah burung merpati, mempunyai delapan saka guru, dikelilingi atap penanggap dengan 16 buah saka penanggap; berfungsi sebagai rumah makan dan kafetaria yang menyediakan makanan dan minuman khas Jawa Tengah.
Sebuah panggung terbuka menghadap ke utara dengan latar belakang kala makara bertuliskan ojo dumeh digunakan untuk pentas seni pada malam hari dengan kapasitas penonton 500 orang.
Setiap hari Minggu dan hari libur anjungan menggelar pameran dan penjualan aneka kerajinan tangan dan makanan khas tiap kabupaten/kota serta mementaskan kesenian tradisional.
Tamu-tamu negara yang pernah mengunjungi Anjungan Jawa Tengah antara lain Perdana Menteri Republik Srilangka Ny. Sirimovo Bandaranaike (1976), Perdana Menteri Republik Ceko dan Ny. Vaclav Klaus1994), isteri Sekjen PBB Ny. Leia Maria Boutros-Ghali (1995), Ratu Beatrix dan Pangeran Claus dari Belanda (1995), Presiden Republik Polandia dan Ny. Jolanta Kwasniewski (2004), Wakil Presiden Republik Persatuan Tanzania dan Ny. Mwanamwema Shein (2005), dan Perdana Menteri Republik Rakyat Laos Tuan Bouasone Bouphavanh (2007). (

Senin, 06 Februari 2012

pakaian adat ( priska 9d )

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.[1]

[sunting] Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

[sunting] Rumah adat

Rumah gadang, rumah adat sumatera barat

[sunting] Tarian

Tarian Pakarena di pulau Selayar pada masa Hindia Belanda
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat

[sunting] Lagu

[sunting] Musik

[sunting] Alat musik

Gamelan

[sunting] Gambar

[sunting] Patung

[sunting] Pakaian

[sunting] Suara

  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
  • Gorontalo: (Dikili)

[sunting] Sastra/tulisan

[sunting] Makanan

[sunting] Kebudayaan Modern Khas Indonesia

sejarah musik tradisional

 

PETA KOTA PATI( septia 9d )


Sejarah Musik Tradisional Nusantara ( winnetha)

 
       Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Tradisional Indonesia (nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha
   
    Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya. 
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha

      Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan  terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.

Masa setelah masuknya pengaruh Islam

      Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.

Masa Kolonialisme

      Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat  dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.

Masa Kini

      Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.